Catatan Majelis Ta'lim (25 Okt 2015/12 Muharram 1437H)
25 Oktober 2015 / 12 Muharram
1437 H – Kwitang, Jakarta Pusat
1.
Al Habib Ali bin Abdurrahman bin Muhammad bin
Ali Al Habsyi
![]() |
Al Habib Ali bin Abdurrahman Al Habsyi |
Dimuliakan
majelis ini dengan basmallah serta sholawat dan salam atas junjungan
kita, kecintaan kita, Sayyidina Muhammad, Ya Rasulallah Salamun alaik, Ya
Rofi’asyani waddaraji...
Minggu
ini kita melanjutkan pembahasan dari kitab Nashaihud Diniyah tentang “Amar Ma’ruf Nahi Munkar”.
Dijelaskan didalam kitab, Ketahuilah saudara-saudaraku bahwa Allah SWT
menjadikan kami dan kamu semua termasuk orang-orang yang menegakkan keadilan, bahwa
amar ma’ruf (mengajak orang untuk berbuat kebaikan) yang diakui oleh akal dan
syariat tentang kebaikannya, kemudian mencegah dari pada perbuatan yang munkar
(perbuatan buruk) yang diakui oleh akal dan diatur oleh syariat tentang
keburukannya itu, termasuk daripada syiar-syiar agama yang tinggi dan mulia.
Dan Allah SWT menjelaskan dalam Al Qur’an (QS Ali Imran : 104) “Dan
hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan,
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah oang-orang
yang beruntung”.
Manusia itu sifatnya lupa, untuk itu agama selalu mengingatkan, saling nasihat
menasihati dalam kebenaran dan kesabaran. Agama itu nasihat dari Allah, kita
taati perintah Allah, kita taati Al Qur’an, kita pelajari isi kandungannya,
kita imani rasulnya dan juga kita ambil pelajaran dan ilmu-ilmu dari para guru
dan juga untuk sesama kita kaum muslimin. “Kamu adalah umat terbaik yang
dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang
munkar dan beriman kepada Allah” (QS Ali Imran : 110).
Jadi
jika kita tidak melakukan amar ma’ruf nahi munkar ini maka ditakutkan Allah
akan mengirimkan bala dan murka kepada kita. Sebagaimana terjadi pada kisah
umah-umat terdahulu. Amar ma’ruf nahi munkar ini diibaratkan seperti
orang-orang yang sedang berada diatas sebuah kapal laut, lalu ada sebagian
orang yang berada di dasar kapal ingin mengambil air laut dengan cara melubangi
dinding kapal, lalu sebagian orang yang lain tidak menegur dan melarang orang
yang hendak melubangi kapal tersebut, jadi dibiarkan saja, maka akhirnya kapal
tersebut pun karam (tenggelam), baik orang yang tidak melubangi dan yang
melubangi pun akhirnya menjadi korban dari tenggelamnya kapal tersebut.
Jika
ada orang melihat kemungkaran dan orang tersebut tidak merubahnya, maka
dikhawatirkan Allah akan menurunkan azab-Nya sebab kemungkaran tersebut. Rasulullah
SAW bersabda : “Siapa yang melihat kemungkaran maka rubahlah dengan tangannya,
jika tidak mampu maka rubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka
(tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman”. (HR
Muslim)
“Dan
orang-orang yang beriman lelaki dan perempuan sebagian mereka adalah menjadi
penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf,
mencegah dari yang munkar...” (QS At Taubah : 71). Setiap perkataan Bani
Adam itu atasNya, bukan bagiNya, jadi nanti ada perhitungannya dan ada hisab
nya. Setiap yang kita lakukan atau ucapkan tidak lepas dari catatan
malaikat Rakib dan Atid. Contoh amar ma’ruf nahi munkar itu seperti Lukman Al
Hakim kepada anaknya, sebagaimana yang dimuat dalam Al Qur’an , “Hai anakku,
dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah
(mereka) dari perbuatan yang munkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa
kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)”
(QS Luqman : 17).
Rasulullah
SAW bersabda, “Janganlah kalian duduk-duduk di (tepi) jalanan, mereka (para
sahabat) berkata, “sesungguhnya kami perlu duduk-duduk untuk
berbincang-bincang”. Beliau berkata, “Jika kalian tidak bisa melainkan harus
duduk-duduk, maka berilah hak jalan tersebut”, mereka bertanya, “Apa hak jalan
tersebut, Wahai Rasulullah?” Beliau menjawab “Menundukkan (membatasi)
pandangan, tidak mengganggu (menyakiti orang), menjawab salam, memerintahkan
kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar”. (HR Bukhari)
2.
Al Ustadz Yunus
Pada
hari ini kita bersyukur kepada Allah karena umur kita saat ini sudah berkurang
1 tahun, berarti kita sudah dekat dengan “Sukabumi Balikpapan” alias kuburan,
setiap hari umur kita ke pake, tambah setahun artinya berkurang setahun.
Kematian
terkadang datangnya tiba-tiba. Kemarin ada orang kelilipan kacang ijo mati,
kacang ijonya satu truk :p . Yuk siap-siap untuk mati, apa yang mesti kita
kerjakan agar mati kita mulia? Kerjaan yang mesti kita kerjakan adalah ikutin
Nabi (Muhammad SAW). “Jika umat Islam cinta kepada Allah maka ikuti Rasulullah
SAW”. Saya mau tanya bapak ibu, apa yang dikerjakan Rasulullah? Kalo Rasulullah
kerjaannya cuma shalat kita gak ada yang jadi Muslim, lalu apa kerjaannya
Rasulullah dan rasul-rasul yang lain? “Tidak Aku utus engkau Ya Muhammad
kecuali untuk seluruh manusia”, artinya Nabi Muhammad diutus untuk mengajak
seluruh manusia di seluruh dunia dari zaman Nabi Adam as hingga hari kiamat
mengucapkan kalimat “Lailahailallah”.
“Aku
ridhai Islam menjadi agama kalian” (QS Al Maidah : 3) , jadi satu-satunya agama
yang diridhai Allah cuma agama Islam. Jika kita mengambil agama selain agama
Islam maka Allah tidak ridhai dan kita menjadi orang yang celaka.
Nabi
Muhammad udah wafat, lalu “kerjaannya” dilanjutkan oleh para sahabat, alhamdulillah
zaman Khalifah Umar bin Khattab, para sahabat yang jumlahnya kurang lebih
124 ribu orang berhasil menguasai 2/3 dunia. Nah kita orang Indonesia, umat
Islamnya 185 juta orang mampu gak meng-Islam-kan Republik Indonesia? mampu gak
meng-Islam-kan Nusantara? Eeh.. sekarang dibalik, Islam dipersempit menjadi
“Islam Nusantara”. Islam yang besar mau dikecilin jadi Islam Nusantara, dasar
gak ada kerjaan luh.
Nabi
Muhammad udah wafat, lalu “kerjaannya” dilanjutkan oleh para sahabat,
lalu para sahabat wafat, terus dilanjutin sama tabiin, tabi tabiin, kemudian
dilanjutkan oleh para wali-wali Allah. Datang para Habaib dari Hadramaut, bawa
Islam ke Indonesia. Oleh karenanya umat Islam di Jawa (Indonesia) ibadahnya
sama seperti Habaib di Hadramaut, sama seperti Rasulullah SAW. Itu ulama-ulama
dan habaib yang mengikuti Rasulullah, mengikuti Para Sahabat, mengikuti tabiin
datang ke Indonesia, seperti Al Habib Ali bin Abdurrahman Al Habsyi, Al Habib
Sholeh Tanggul, dan banyak habaib yang lainnya ajarannya sama seperti
Rasulullah, lalu tata cara shalat-nya sama seperti Rasulullah.
Maka
kita pakai peci putih, pakai baju putih, kenapa demikian? Karena ini pakaian
yang diisyaratkan dicintai oleh Allah dan rasul-Nya. Ketika kita diundang Allah
ke “rumah-Nya” (Baitullah di Mekkah Al Mukaromah) pakai baju putih (baju
ihrom), lalu besok setelah dipanggil Allah melalui Malaikat Izroil pakai putih
lagi (kain kafan), lalu ulama habaib pakai baju putih, jubah putih, pakai
sorban putih, kan indah. Yang kita ikutin ulama habaib yang datang bawa Islam
ke Indonesia hingga kita semua disini jadi orang Islam, alhamdulillah, ini
“kerjannya” Rasulullah SAW.
Hadirin
sekalian saya mau kasih ilustrasi, jika kita punya bapak seorang supir angkot
jurusan Pasar Senen – Kampung Melayu. Ibaratkan saya supir nya, ketika supir
mau berangkat dari Kampung Melayu menuju Senen teriaknya apa? “Senen.. Senen..
Senen..”. Lalu anak saya ikut jadi kenek-nya teriaknya apa? “Senen..
Senen.. Senen..” kan gitu. Lalu ketika saya wafat, anak saya menggantikan jadi
supir nya, terus teriaknya apa? “Senen.. Senen.. Senen..”. Lalu anak saya
wafat, cucu saya yang gantiin, terus teriaknya apa? “Senen.. Senen.. Senen..”.
Nah, Nabi Muhammad SAW “kerjaannya” dakwah mengajak orang kepada agama Islam,
ketika Nabi wafat diterusin oleh Para Sahabat, lalu para sahabat wafat, terus
dilanjutin sama tabiin, tabi tabiin kemudian dilanjutkan oleh para wali-wali
Allah, kemudian setelah mereka semua wafat, maka dilanjutkan oleh kita semua,
kerjaan kita apa? Kerjaan kita saat ini seharusnya dakwah, mengajak saudara
kita yang belum shalat agar shalat, yang belum ngaji agar ngaji. Allah
berfirman, “Kalian umat yang terbaik” ,
“kalian” dalam firman Allah ini artinya kita semua umat yang terbaik,
dibanding umat terdahulu, kita umat yang terbaik. Kalian umat yang terbaik yang
Allah antarkan untuk umat manusia, tugasnya adalah mengajak, menyuruh kepada
yang baik dan mencegah kepada yang munkar.
3.
Al Ustadz Hafidz Luqman
Allah
katakan kepada Nabi Muhammad SAW, Hai Muhammad sampaikan kepada umatmu semua, “Jika
kamu cinta kepada Allah dan kamu ingin dicintai Allah, maka syaratnya ikuti Aku
(Nabi Muhammad)”. Nabi dzikirnya banyak, (salah satunya) setiap hari beliau
dzikir mengucap “Lailahailallah” minimal 100 kali.
Dunia
ini banyak penghuninya, yang melakukan perbuatan dosa lebih banyak dibanding
yang ibadah. Nanti akan datang azab yang Allah berikan dikarenakan ada
sekelompok orang yang melakukan dosa diantara kamu, karena dosa mereka, Allah
kirim musibah. Dan musibah itu sifatnya umum, misal yang berbuat dosa ada 100
orang, yang ibadah ada 200 orang, lalu datang musibah, yang berbuat dosa kena
musibah, yang ibadah juga kena.
Oleh
karena itu hidup di dunia ini ibarat sedang naik kapal laut. Sedang asyik
berlayar menuju akhirat, semua penumpang kapal duduk tenang, eh.. ada orang
dibawah dengan sengaja melubangi tembok kapal. Kalo air masuk, kan tenggelam
semua, oleh karenanya harus dikasih tau (amar ma’ruf) , “bang, jangan
dilubangi, nanti temboknya bolong, airnya masuk kapal, kapalnya jadi tenggelam,
yang buat lubang abang sendiri, yang celaka semuanya”. Ternyata orang tersebut
tidak mengerti, maka ambil pahat dan palu nya, terus buang ke laut. Eh.. masih
belum ngerti juga, dia coba lubangi kapal dengan tangan nya, maka kita amar
ma’ruf lagi, pegang tangannya. Lalu ternyata orang tersebut berontak, maka
jalan terakhir, ambil orangnya lalu buang ke laut.
4.
Al Habib Jindan bin Novel bin Salim bin Jindan
Hendaknya
ada diantara kalian sekelompok umat yang tugasnya mengajak kepada kebaikan. Apa
kebaikan tersebut? Dakwah kepada kebaikan itu yaitu dengan mengajak orang-orang
kepada yang ma’ruf (kebaikan) dan mencegah orang-orang dari kemungkaran.
Rasulullah
SAW bersabda “Sampaikan sesuatu dariku walaupun satu ayat”. Rasulullah
mengatakan sampaikan walau satu ayat, tapi bersumber dari Rasulullah SAW. Bukan
sekedar menyampaikan saja, tapi sumbernya gak jelas. Dan bukan bersumber dari
nafsu, tapi bersumber dari Rasulullah SAW. Memakai metodenya Rasulullah,
memakai caranya Rasulullah, dengan sanad yang bersambung kepada
Rasulullah SAW, sanad keilmuan dan pemahaman dari Nabi Muhammad SAW.
Sebab
ilmu adalah agama, lihat-lihat dari mana kita mengambil agama kita, jika bukan
keberadaan sanad maka seseorang akan berbicara seenaknya. Sumbernya dari mana?
Kamu ngaji sama siapa? Kamu berguru sama siapa? Bersambung atau tidak sampai
Rasulullah SAW? .
Sehingga
Rasulullah SAW diperintahkan oleh Allah SWT untuk mengatakan kepada umat Rasulullah ; “Ini adalah jalanku”. Apa
sih jalannya Nabi Muhammad SAW? Jalannya Nabi Muhammad adalah mengajak orang
menuju Allah, bukan asal-asalan, bukan membabi buta, tapi mengajaknya dengan
kecerdasan. Bukan ngawur, tapi ada metode, ada tak tik, ada strategi, ada
tujuan, ada visi, ada misi, yang ingin mencari ridha-Nya Allah SWT.
Rasulullah
SAW diwahyukan oleh Allah SWT bahwa beliau adalah seorang da’i yang datang
kepada umat ini, da’i itu artinya mengajak, mengajak kemana? Kepada dirinya?
Bukan. Bukan mengajak kepada dirinya, bukan kepada kelompoknya, bukan kepada
organisasinya, bukan kepada partainya, bukan mengajak kepada majelis nya, tapi
mengajak ilallah, mengajak manusia kepada Allah SWT dengan izin dari
Allah SWT.
Kita
melakukan sesuatu harus ada izinnya, dakwah ilallah juga harus ada
izinnya, Nabi Muhammad udah dapat izin dengan sertifikat Rasulullah SAW. Nah
kita surat izin kita mana? Surat izin kita numpang sama izinnya Rasulullah SAW,
tapi dengan syarat kita sampaikan yang bersumber dari Rasulullah SAW. Jadi kalo
ada orang dalam bertindak, dalam berucap, dalam memerintah tidak mewakili Nabi
Muhammad SAW, maka orang tersebut tidak memiliki izin.
Dalam
hadits yang lain Nabi Muhammad mengajarkan kepada kita bahwasanya apabila
seseorang ingin Amar Ma’ruf nahi Munkar, hendaknya dia lemah lembut ketika dia
menyampaikan perintah dan ketika dia melarang juga dengan lemah lembut.
“Tidaklah
lemah lembut diletakkan dalam suatu perkara, melainkan akan menghiasi perkara
tersebut. Tapi tidaklah lemah lembut dicabut dari suatu perkara, melainkan
menjadi cacat (rusak) perkara tersebut”.
Amar
ma’ruf (mengajak orang kepada kebaikan) harus memberikan solusi yang baik,
bukan dengan menimbulkan masalah yang baru. Mencegah orang berbuat kemungkaran
memang sangat dianjurkan, tapi jika kita salah menyikapi, tadinya cuma satu
munkar , gara-gara kita salah, jadi dua munkar.
Nabi
Muhammad memberikan contoh kepada kita, dahulu ada seorang sahabat di majelis
Nabi Muhammad izin , izin ngapain? Saya izin, semua dalam islam saya ikutin, cuma
satu saya minta diizinkan, izinkan saya boleh berzina. Lalu orang tersebut dipanggil
dan disuruh mendekat oleh Rasulullah SAW, lalu Rasulullah bertanya, “kamu minta
izin mau berzina, kamu punya anak perempuan?” “Punya Ya Rasulullah”, jawab sahabat
tersebut, “boleh gak jika ada orang lain berzina dengan anak perempuanmu?”
Rasulullah bertanya lagi, maka sahabt itu menjawab “Saya gak terima, gak boleh”,
“lalu bagaimana jika ada orang lain berzina dengan istrimu? Atau dengan ibu mu?”
tanya Rasulullah lagi, Lalu dia marah dan gak terima. “Nah begitu juga jika kamu
mau berzina dengan perempuan, bukankah perempuan tersebut anaknya seseorang? Ibu
nya seseorang? Atau istrinya seseorang? Sebagaimana engkau tidak terima jika
ada orang lain berzina dengan kaum wanitamu, maka orang lain juga tidak terima
jika engkau berzina dengan kaum wanita mereka”. Maka jawaban Rasulullah SAW ini
masuk ke hati dan akal sahabat yang bertanya tersebut, “paham Ya Rasulullah,
saya mengerti”. Tapi tidak cukup sampai disitu saja, lalu Rasulullah mendekati
sahabat tersebut hingga menempel dengannya, lalu Rasulullah letakkan tangan
beliau di dada sahabat tersebut, hingga sahabat tersebut berkata “Demi Allah,
tidaklah Rasulullah mengangkat telapak tangannya dari dada saya, melainkan tidak
ada lagi perbuatan yang saya benci di dunia ini dari perbuatan zina”. Nah itu
namanya memberi solusi, contoh dari Nabi Muhammad SAW.
Lalu
ada contoh lain, dahulu ada Al Habib Umar bin Idrus Alaydrus, beliau merupakan
salah satu ulama besar dan merupakan muridnya Al Habib Ali bin Muhammad Al
Habsyi, Shahibul Maulid, Alhasil dahulu tuh di kota Tarim di Masjid jami ada
penganjian kalo pagi, orang-orang pada datang dan ngaji disitu, ulama-ulama
hadir didalamnya. Diceritakan,diluar masjid ada anak-anak muda pada nongkrong
, melakukan hal-hal yang gak layak untuk dilakukan. Suatu ulama yang hendak
hadir majelis dan melihat ada anak muda melakukan perbuatan yang tidak layak
mengatakan “Kalian pemuda gak tau malu! Ada pengajian ditengah masjid tapi
kalian malah main didekat masjid, gak tau adab, gak tau didikan” dicaci maki
pemuda tersebut. Lalu pemuda-pemuda tersebut kupingnya panas, gak terima
dibilang demikian, lalu pemuda tersebut berkata “Eh ente masuk masjid! Atau
kita pukulin disini”. Maka ulama tersebut milih untuk masuk masjid dan pemuda
tersebut melanjutkan perbutan yang gak pantas tersebut. Maka datanglah Habib
Umar bin Idrus Alaydrus, melihat ada pemuda dijalanan dan beliau mau masuk
masjid, dari jauh beliau lepas sendalnya sambil berkata “Gak enak saya
menggunakan sandal dan melewati orang-orang”, maka beliau lewat dengan melepas
sandal kemudian juga memberi salam ke pada pemuda-pemuda tersebut, “Assalamu’alaikum,
permisi, mohon maaf saya numpang lewat”. Kemudian dikasih jalan oleh pemuda itu
dengan takjub melihat adab Al habib Umar bin Idrus Alaydrus dengan beliau
melepas sandalnya, beliau memberi salam dan meminta maaf padahal pemudda
tersebut yang salah karena berkumpul ditengah jalan. Pemuda tersebut gak diajak
ngobrol, gak ditegur, gak dilarang, tapi Al Habib Umar langsung masuk kedalam
masjid. Akhirnya pemuda tersebut tertarik dengan adab yang dilakukan Al habib
Umar, hingga akhirnya bertekad ingin mengikuti habib hadir masuk kedalam masjid
karena melihat akhlaknya, melihat budi pekertinya.
Ketahuilah,
setiap orang yang mengajak kepada kebaikan, otomatis dia juga sudah mencegah dari
kemungkaran. Ini otomatis, tidak bisa dipisah-pisahkan. Jika ada orang yang
diajak menghadiri majelis, otomatis menyelamatkan seseorang dari tempat
maksiat. Mengajak orang shalat berjama’ah berarti mencegah orang agar tidak
meninggalkan shalat. Oleh karenanya, kita diperintahkan oleh Nabi Muhammad SAW
; “Siapa yang melihat kemungkaran maka rubahlah dengan tangannya, jika tidak
mampu maka rubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka (tolaklah) dengan
hatinya dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman”.
Nabi
Muhammad SAW memerintahkan jika ada kemungkaran maka kita harus merubahnya,
bukan diingkari, bukan dicaci maki, kalo suatu kemungkaran diingkari dan dicaci
maki saja itu mudah, tapi untuk merubah itu perlu metode, perlu siasat, perlu
cara, dengan cara yang baik dan dengan metode yang baik.
Ada
satu contoh terakhir, ada satu ulama, orang sholeh dan dia seorang saudagar,
dia pedagang, kemudian dia kirim surat ke sahabatnya di Afrika, “saya nanya,
dikampung kamu ini ada orang muslim lain tidak selain engkau?” “Gak ada , gak
ada orang islam lain dikampung saya selain saya” jawab sahabatnya. “Kalo begitu
tolong carikan saya, sebuah toko disana, kemudian beli, saya yang bayar nanti,
saya mau buka kedai”. Akhirnya dibelikan, dan ulama tersebut pindah untuk buka
kedai dikampung sahabatnya. Bukan ceramah bukan apa, tapi dia buka toko
diperkampungan non muslim di wilayah Afrika sana. Dia dagang, setiap ada orang
yang datang beli beras, dia kasih hadiah sedikit minyak. Beli teh, dikasih
sedikit gula. Beli kopi dikasih hadiah sedikit gula, lalu pembeli tersebut
bertanya ”saya beli kopi, kenapa dikasih hadiah gula?”, maka dijawab “kamu beli
kopi untuk diminum perlu gula, nah ini saya kasih gula sebagai hadiah” maka
pembeli tersebut terheran “kok baik banget?” maka dijawab oleh pedagang
tersebut “oh agama kami mengajarkan hal seperti ini”, lalu dia bertanya lagi “enak
banget agama kamu mengajarkan hal seperti ini, agama apa ini?” dijawablah oleh
pedagang tersebut “agama saya agama Islam, Nabi saya Nabi Muhammad SAW”. Sampai
tokoh masyarakat yang ada disitu tertarik dengan akhlaknya, hingga tersebar
kebaikan si pemilik toko ke seluruh penjuru kampung itu. Hingga mereka berkata “
Ini ajaran agama kamu bagus, kami suka, tapi kita kan sesepuh di kampung ini,
masa kita mengikuti kamu yang pendatang baru” , pemilik toko menjawab “Gini aja
deh, kalo kalian suka, biarkan saya ajarkan anak-anak kalian agar mengikuti ini
akhlak dan perangai”. Sesepuh kampung tersebut setuju dan mengirimkan anak-anak
mereka untuk belajar ngaji dan akhlak kepada si pemilik toko tersebut. Hingga
anak-anak tadi masuk Islam dan menjadi anak yang memiliki akhlak yang paling
bagus, berbeda dengan anak-anak yang lain. Kemudian gak lama kemudian, para orang
tua dari anak-anak yang tadi mendatangi pemilik toko tersebut dan berkata bahwa
anak-anaknya sekarang akhlaknya bagus, gak ngebantah kalo diberi nasihat, dan
para orang tuanya memutuskan untuk mengikuti agama si pemilik toko. Hingga pada
kurun waktu beberapa tahun, perkampungan tersebut berubah menjadi perkampungan
muslim. Kemudian pemilik toko tersebut berkata “Sekarang sudah selesai, saya
sudah bangun masjid disini, nah sekarang tolong carikan saya kampung lain yang
gak ada muslim nya, saya mau buka toko disana”
Oleh
karenanya, yuk kita dakwah mengajak orang kepada Allah dengan cara yang kita
bisa masing-masing, dakwah gak harus diatas mimbar, gak harus pakai mulut, tapi
bisa menggunakan perangai, dengan sikap, dengan akhlak yang bisa kita lakukan,
maka kita lakukan. Nah inilah ajaran Rasulullah SAW, kita hadir ditengah masyarakat,
mencerminkan akhlaknya Nabi besar Muhammad SAW. Mudah-mudahan Allah ta’ala
memberikan taufiq kepada kita sekalian, Allah SWT menebarkan kebaikan ditengah
masyarakat dan Allah SWT menjadikan kita kaum muslimin yang bermanfaat bagi
kaum muslimin lainnya, Aamiin Ya Robbal ‘Alamiin. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar